Fungsi benang
Benang jahit membentuk jahitan yang efisien tanpa putus atau terdistorsi selama masa penggunaan produk. Fungsi dasar dari sebuah benang adalah untuk memberikan kesan estetika dan performa di jahitan dan kelim.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi benang jahit?
Faktor yang mempengaruhi estetika
Warna, kilau dan kehalusan / ketebalan harus dipertimbangkan saat memilih benang untuk tujuan dekoratif seperti jahitan atas atau bordir.
Pertimbangan lain meliputi:
- kesesuaian rona dan warna
- warna tahan luntur
- pemilihan setik jahitan
- keseragaman formasi jahitan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi performa
Benang yang digunakan dalam pakaian harus cukup tahan lama untuk menahan abrasi dan panas jarum yang terjadi pada saat menjahit, proses akhir pakaian, peregangan dan pemulihan selama pemakaian.
Performa Benang dalam pakaian dapat dievaluasi dari:
- kekuatan jahitan
- ketahanan abrasi
- elastisitas
- ketahanan kimia
- sifat mudah terbakar
- warna tahan luntur
Kemampuan Jahit
‘Kemampuan jahit’ benang adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan performa benang jahit. Sebuah benang dengan kemampuan jahit yang baik memiliki diameter yang seragam dengan permukaan akhir yang baik. Keseragaman longitudinal benang berkontribusi pada kekuatan yang seragam dan mengurangi gesekan, saat melewati mekanisme pembentuk jahitan. Hal ini juga meminimalkan kerusakan benang dan biaya terkait yang timbul dari mesin pasang benang, memperbaiki jahitan dan memproduksi produk-produk berkualitas rendah.
Parameter kemampuan jahit
Parameter yang menentukan kemampuan jahit unggul pada benang adalah;
- Tidak ada kerusakan pada saat menjahit dalam kecepatan tinggi
- Pembentukan jahitan Konsisten
- Tidak ada jahitan yang dilewati
- Pemerataan, untuk mencegah perubahan dalam ketegangan selama menjahit
- Ketahanan abrasi tingkat tinggi
- Kehalusan permukaan cukup, untuk melewati penuntun mesin dengan mudah
Klasifikasi Benang
Benang dapat diklasifikasikan dengan cara yang berbeda. Beberapa klasifikasi umum didasarkan pada:
- 1. Substrat
- 2. Konstruksi
- 3. Lapisan
1. Klasifikasi berdasarkan substrat
Alami
Sekarang penggunaan benang yang terbuat dari substrat alami sangat sedikit dalam aplikasi industri. Namun, benang alami yang paling umum digunakan adalah benang katun.
Sekarang penggunaan benang yang terbuat dari substrat alami sangat sedikit dalam aplikasi industri. Namun, benang alami yang paling umum digunakan adalah benang katun.
Sintetis
Karena keterbatasan serat alami, pengguna benang telah berpindah ke benang yang terbuat dari serat sintetis karena serat sintetis memiliki sifat-sifat yang diinginkan, yaitu keuletan yang sangat tinggi, resistensi yang tinggi terhadap abrasi dan ketahanan yang baik terhadap bahan kimia. Serat sintetis juga tidak terpengaruh oleh kelembaban, busuk, jamur, serangga atau bakteri.
Karena keterbatasan serat alami, pengguna benang telah berpindah ke benang yang terbuat dari serat sintetis karena serat sintetis memiliki sifat-sifat yang diinginkan, yaitu keuletan yang sangat tinggi, resistensi yang tinggi terhadap abrasi dan ketahanan yang baik terhadap bahan kimia. Serat sintetis juga tidak terpengaruh oleh kelembaban, busuk, jamur, serangga atau bakteri.
2. Klasifikasi berdasarkan struktur benang konstruksi
Benang pintal dibuat menggunakan serat alami atau sintetis. Poliester pintal adalah salah satu benang yang paling banyak digunakan. Jenis benang ini lebih kuat dari benang katun dengan ukuran yang sebanding, dan tersedia dalam berbagai ukuran dan warna.
Benang Corespun adalah kombinasi dari serat stapel dan filamen. Benang corespun yang paling umum digunakan memiliki konstruksi multi lapis, dengan setiap lapis terdiri dari inti filamen poliester dengan katun atau serat polyester yang membungkus inti.
Struktur benang ini mempengaruhi kekuatan poliester filamen dan kemampuan jahit bungkus katun atau serat poliester. Benang corespun umumnya digunakan untuk menjahit kecepatan tinggi berbagai jenis pakaian, terutama jenis pakaian yang membutuhkan kekuatan jahitan tinggi.
Struktur benang ini mempengaruhi kekuatan poliester filamen dan kemampuan jahit bungkus katun atau serat poliester. Benang corespun umumnya digunakan untuk menjahit kecepatan tinggi berbagai jenis pakaian, terutama jenis pakaian yang membutuhkan kekuatan jahitan tinggi.
Benang filamen lebih kuat dari benang pintal dari serat dan ukuran yang sama. Tiga jenis benang filamen yang umum digunakan:
Benang monofilamen terbuat dari serat tunggal berkesinambungan dengan ketebalan tertentu. Meskipun monofilamen kuat, seragam dan murah pembuatannya, benang jenis ini tidak memiliki fleksibilitas dan kaku serta terasa gatal. Akibatnya, penggunaan benang ini biasanya terbatas pada keliman, tirai, dan furnitur berlapis.
Benang multifilamen halus biasanya terbuat dari nilon atau poliester dan digunakan jika prioritas utamanya adalah kekuatan tinggi. Benang ini terdiri dari dua filamen atau lebih yang berkesinambungan dan dipelintir jadi satu. Benang ini biasanya digunakan untuk menjahit sepatu, pakaian kulit, dan produk industri.
Benang filamen bertekstur biasanya terbuat dari poliester dan digunakan terutama sebagai benang looper untuk jahitan penutup. Memberi tekstur pada filamen memberikan lebih banyak penutup dan sifat kerenggangan yang tinggi pada benang, tetapi membuat benang bisa tersangkut.
Dasar-dasar konstruksi benang
Semua benang jahit konvensional mengawali siklus produksi sebagai benang sederhana. Benang dasar ini diproduksi dengan memilin jadi satu serat yang relatif pendek atau filamen halus bersambungan.
Beberapa istilah yang digunakan dalam konteks konstruksi benang adalah:
Beberapa istilah yang digunakan dalam konteks konstruksi benang adalah:
Pilinan – ‘Pilinan‘ benang mengacu pada jumlah putaran per satuan panjang yang dibutuhkan untuk menahan serat / lapisan jadi satu sehingga memberikan kekuatan dan fleksibilitas yang diperlukan pada bahan benang tenun / benang. Benang dengan pilinan yang berlebihan kemungkinan juga akan menimbulkan kesulitan saat menjahit karena ‘kekuatan pilinan‘, yang dapat menyebabkan kusut, simpul, ikatan dan kemungkinan longgar yang menghalangi pembentukan jahitan.
Arah pilinan – Arah pilinan disebut sebagai ‘S’ untuk pilin kiri dan ‘Z’ untuk pilin kanan. Sebagian besar mesin jeratan kunci satu jarum dan mesin lainnya dirancang untuk benang pilin ‘Z’. Benang pilin ‘S’ terurai selama pembentukan setik jahitan.
Arah pilinan tidak mempengaruhi kekuatan benang, tetapi dapat sangat mengganggu performanya bila digunakan pada mesin yang tidak coco
Lapisan dan tali – Benang dengan banyak komponen yang dipilin jadi satu untuk membentuk lapis benang. Yang paling sering digunakan adalah benang lapisan 2, 3 atau 4. Benang dipilin jadi satu untuk menghasilkan benang dengan jalinan tali. Yang paling sering digunakan adalah benang tali 4, 6 atau 9.
Ukuran – Ketebalan keseluruhan benang akhir ini disebut sebagai ‘Biji’, ‘Nomor Tiket‘, ‘Tex‘ atau ‘Hitungan’. Benang harus sehalus mungkin tergantung kekuatan yang diperlukan jahitan. Umumnya, benang tebal memiliki kekuatan yang lebih besar, mengingat kandungan serat dan struktur benang yang sama. Benang halus cenderung berbaur ke permukaan kain dan tidak mudah terkena abrasi daripada kelim dengan benang yang lebih tebal. Benang halus berperforma lebih baik dengan jarum halus dan menghasilkan distorsi kain lebih sedikit daripada jarum tebal.
3. Klasifikasi berdasarkan finishing benang
Finishing diberikan pada benang untuk dua tujuan
1. Meningkatkan kemampuan jahit
Beberapa finishing dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan abrasi dan pelumasan benang.
Beberapa finishing dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan abrasi dan pelumasan benang.
2. Mencapai persyaratan fungsional tertentu
Beberapa finishing memiliki finishing ikatan, bukan sumbu, anti jamur, tahan api, anti air dan antistatik.
Beberapa finishing memiliki finishing ikatan, bukan sumbu, anti jamur, tahan api, anti air dan antistatik.
Dukungan bungkus
Benang jahit dimasukkan ke dalam berbagai jenis bungkus sesuai dengan jenis benang, mesin jahit dan kebutuhan. Dukungan bungkus sangat penting bagi benang terutama selama transportasi dan digunakan dalam mesin. Bungkus mungkin berkode warna sesuai dengan ukuran dan jenis benang untuk memudahkan pengenalan.
Terminologi Benang
Dengan berbagai pilihan benang, kita harus mengetahui beberapa terminologi yang berhubungan dengan sifat penting benang untuk menilai perbedaan antara jenis benang yang berbeda.
Kekuatan tarik adalah ketegangan yang dapat memutuskan, dinyatakan dalam gram atau kilogram (gaya)
Keuletan adalah kekuatan relatif yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik dengan ketebalan struktur.
Kekuatan simpul adalah beban yang diperlukan untuk memutuskan panjang benang yang disimpul melingkari panjang lain dari benang yang sama.
Kekuatan simpul minimum adalah kekuatan simpul terlemah dalam serangkaian simpul (diuji dalam panjang benang bersambungan).
Perpanjangan putus adalah jumlah di mana benang diperpanjang pada titik putusnya yang dinyatakan dalam persentase panjang aslinya.
Modulus adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nilai numerik yang menunjukkan reaksi tekstil ketika diterapkan gaya tarik.
Elastisitas adalah sifat benang yang memungkinkan benang pulih ke panjang aslinya setelah diperpanjang ke panjang yang ditetapkan.
Penyusutan adalah banyaknya benang yang mengkerut karena pencucian atau pemanasan.
Kelembaban kembali adalah bobot uap dalam serat atau benang yang dinyatakan dalam persentase bobot bahan yang benar-benar kering.
Persyaratan benang jahit berkualitas baik
Kekuatan tarik yang baik menahan keamanan kelim yang dijahit selama dicuci dan dipakai.
Permukaan halus dan tidak adanya kesalahan memastikan sedikit gesekan antara jarum dan bahan selama menjahit berkecepatan tinggi. Benang harus dilumasi dengan baik untuk meningkatkan kemampuan jahit dan ketahanan terhadap abrasi.
Hasil ketebalan / diameter yang sama menghasilkan benang jahit yang rata, yang bergerak dengan lancar dan cepat melalui mata jarum dan kain. Hal ini juga mempengaruhi kekuatan tarik benang, ketahanan terhadap abrasi dan konstruksi pilinannya. Benang yang tidak rata dapat memilin ke simpul pendek dan macet di mata jarum.
Elastisitas yang baik membuat benang dapat kembali ke panjang aslinya segera setelah ketegangan dilepas. Elastisitas benang jahit mempengaruhi kekuatan dan kualitas akhir jahitan kelim.
Warna yang tahan luntur memberikan kekebalan terhadap agen yang berbeda yang bersentuhan dengan benang selama pembuatan dan pencucian. Sehingga benang pasti memiliki warna yang seragam.
Tingkat penyusutan yang rendah dari benang yang digunakan pada bahan kain dengan tingkat penyusutan lebih tinggi mengurangi kemungkinan kerutan pada kelim.
Ketahanan yang baikterhadap serangan kimia adalah sifat yang diinginkan dari benang yang digunakan pada pakaian yang mungkin mengalami proses pencucian, pemutihan atau cuci kering.
Ketahanan abrasi yang baik memastikan performa jahit yang baik dan membuat benang lebih tahan lama.
Gambar berikut ini menunjukkan hasil tes abrasi antar benang dan memberikan indikasi ketahanan masing-masing terhadap abrasi:
Jika Linen, Rayon Continuous Filament (CF) memiliki ketahanan 1, maka:
- Katun = 3
- Sutra Pintal = 4
- Poliester Pintal = 12
- Poliester CF = 30
- Nilon Pintal = 40
- Nilon Pintal = 40
Warna yang tahan luntur akan mempertahankan warna asli benang tanpa berubah atau memudar ketika mengalami pencucian dan terkena cahaya. Warna benang harus tahan terhadap berbagai agen untuk yang menyentuhnya selama pembuatan dan penggunaan
Tahan luntur warna dapat diukur terhadap:
Tahan luntur warna dapat diukur terhadap:
- Air yang mengandung klor
- Keringat
- Noda karena air dingin
- Cuci kering
- Tekanan – basah dan kering
- Pemutihan
Metamerisme minimal dapat dicapai dengan menilai warna menggunakan kotak kesesuaian warna. Metamerisme adalah sifat yang melekat pada benang ketika warna benang yang sama tampaknya berbeda pada kondisi pencahayaan yang berbeda. Pemberi cahaya standar sering digunakan untuk melawan efek metamerisme.
No comments:
Post a Comment